Maskot Desa

 

  1. Latar belakang penciptaan Maskot Desa Sekar Pudak

Pudak adalah bunga dari tanaman sejenis pandan (Pandanaceae). Bentuk bunga ini tersusun dalam beberapa lapisan, terbungkus oleh kelopak warna putih (semacam daun lonjong) yang ujungnya meruncing. Bunga Pudak berwarna kuning dan akan terlihat jika kelopak atau pelepahnya telah mekar. Kekhasan dari bunga pudak, yaitu mempunyai aroma wangi yang semerbak nan lembut (tidak menyengat), dan dapat menebar keharuman sepanjang pagi atau pun sore hari. Tanaman ini dapat tumbuh di sepanjang pantai, aliran sungai, di atas batu-batu karang, dan juga di tanah ladang.

 

Di Kabupaten Badung terdapat sebuah desa yang mempunyai kisah historis terkait keberadaan pohon pudak yang tumbuh subur di wilayah tersebut, yakni Desa Darmasaba. Kisah ini pernah penulis dengar dari para tetua di desa, yang mengatakan bahwa: “dahulunya, di wilayah Desa Darmasaba sangat banyak tumbuh tanaman pudak, atau merupakan sebuah hutan (ladang) yang sangat luas dan banyak ditumbuhi oleh pohon pudak” (alas pudak)”.

Berawal dari cerita di atas, penulis kemudian tertarik untuk meneliti secara lebih dalam dan mencari data-data mengenai kebenaran atas keberadaan pohon pudak di Desa Darmasaba yang dahulunya disebut sebagai alas pudak. Penelitian ini lakukan dalam rangka penciptaan tari maskot Desa Darmasaba yang direncakan agar dapat terwujud pada tahun 2019. Berkaitan dengan itu, maka penulis kemudian melakukan pengumpulan data-data dengan cara observasi menelusuri wilayah Desa Darmasaba untuk mengetahui apakah tanaman pudak masih tumbuh di wilayah desa. Disamping itu penulis juga mewawancarai para tetua desa dan mencari referensi-referensi terkait dengan bunga pudak, makna, dan juga filosofinya. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan guna mendapatkan data-data yang akurat, sehingga dapat memperkuat argumentasi dan alasan untuk mengangkat serta menjadikan bunga pudak sebagai maskot dari Desa Darmasaba, yang kemudian diwujudkan menjadi sebuah bentuk tari maskot.

Setelah melakukan observasi dan penelusuran pada tanggal 18 Mei 2018 hasilnya adalah, penulis dapat menemukan beberapa tanaman pudak (bunga pudak) yang masih tumbuh di wilayah Desa Darmasaba, yaitu:

 

Gambar Pohon Pudak

Gambar Bunga Pudak

 

1.  Terdapat tanaman pudak yang tumbuh di areal Pura Dalem Aban dan Pura Enteg Ghana Aban,

2.  Menemukan tanaman pudak yang tumbuh di wilayah tegalan Gumuh Sari, Desa Darmasaba,

3.  Menemukan tanaman pudak yang tumbuh di wilayah tegalan Gumuh Ayu, Desa Darmasaba. Bahkan di tegalan Gumuh Ayu, nama bunga pudak juga dijadikan sebagai nama kelompok oleh sekaa tegalan setempat, yakni “Gumuh Ayu Pudak Sinegal”.

Selain itu, Ketua Widya Sabha Desa Darmasaba I Wayan Pudia, juga mengatakan bahwa di daerah aliran Tukad Cengana (Sungai Cengana), yang merupakan perbatasan antara Desa Darmasaba dengan Desa Sibang Gede hingga kini juga masih terdapat atau tumbuh tanaman pudak. Bahkan pada masa kecilnya, beliu sering bermain di areal sungai tersebut untuk mencari bunga pudak, karena aroma wanginya sangat menarik (Disampaikan pada hari Jumat, 17 Mei 2019 saat Rapat Pembahasan Maskot Desa Darmasaba di Kantor Perbekel Darmasaba).

Di kalangan masyarakat penulis juga sering mendengar istilah Pudak Sategal. Dalam Kamus Jawa Kuna- Indonesia kata “Pudak” berarti bunga pandan atau Pandanus Moschatus (Mardiwarsito: 1981: 442). Selain itu bunga pudak juga dapat disebut ketaka atau ketaki (Mardiwarsito, 1981: 276). Sedangkan kata “Sategal” berasal dari kata dasar “Tegal” yang berarti ladang (Mardiwarsito, 1981: 593). Jadi Pudak Sategal dapat diartikan sebagai satu ladang luas yang dipenuhi bunga pudak dan menabar keharuman. Pada sebuah kesempatan, Ida Pedanda Putu Pemaron menjelaskan mengenai makna dari istilah Pudak Sategal dengan sebuah analogi bahwa, sekuntum bunga pudak memiliki aroma wangi atau keharuman yang sangat kuat, apalagi jika satu ladang penuh bunga pudak, maka dapat dipastikan aroma keharumannya akan membumbung menyebar ke segala penjuru (Wawancara, 18 Mei 2019 di Geria Putra Mandara Kenderan, Tegallalang). Dapat diketahui bahwa, “Pudak” ialah sebuah bunga yang memiliki aroma wangi atau keharuman yang semerbak, lembut, dan khas. Dengan merujuk pada penjelasan di atas, maka dalam konteks ini penulis menyimpulkan sebuah makna dari istilah Pudak Sinegal yaitu sebagai penggambaran keharuman (aroma wangi) yang tiada hentinya dari suatu ladang bunga pudak yang luas. Berdasarkan latar belakang historis dan data-data faktual yang penulis dapatkan mengenai keberadaan bunga pudak di Desa Darmasaba, maka menjadi sangat logis untuk menjadikan bunga pudak sebagai maskot Desa Darmasaba. Selanjutnya, kumpulan data-data faktual terbut dijadikan sebagai dasar pemikiran untuk merancang sebuah konsep penciptaan garapan tari maskot berjudul Sekar Pudak.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata maskot berarti orang, binatang, atau benda yang diperlakukan oleh suatu kelompok sebagai lambang pembawa keberuntungan atau keselamatan (KBBI edisi III, 2002: 720). Mengacu pada definisi tersebut, penulis merumuskan definisi Tari Maskot adalah sebuah bentuk tari yang menggambarkan tentang rasa kebanggaan dan identik dijadikan sebagai ikon yang mencerminkan kekhasan suatu wilayah atau daerah. Dapat dipahami bahwa, tari maskot merupakan lambang dari sekelompok masyarakat, wilayah, atau lainnya yang dianggap dapat membawa suatu keberuntungan. Kini, dalam perkembangannya tari maskot dapat berbentuk tari penyambutan, tari kreasi, ataupun bentuk lainnya serta dapat disebarluaskan. Pada umumnya, tari maskot difungsikan sebagai tari penyambutan dan dipentaskan baik dalam acara formal, non-formal, ataupun pelaksanaan kegiatan tertentu dari suatu wilayah. Dengan kata lain tarian ini dapat ditarikan kapan saja dan dimana saja sesuai dengan konteks kegiatan.

Berangkat dari kisah keharuman Desa Darmasaba yang dulunya alas pudak, desa mempersembahkan “Sekar Pudak” yang dituangkan dalam bentuk tari, tabuh dan paduan suara sebagai Maskot Desa.

 

  1. Tujuan dan Manfaat Penciptaan Tari Sekar Pudak Tujuan

Untuk menciptakan sebuah bentuk garapan tari maskot yang dapat merepresentasikan keberadaan desa, sekaligus sebagai ikon dan menjadi kebanggaan bagi warga masyarakat Desa Darmasaba.

              Manfaat:

1.  Dapat meningkatkan daya apresiasi masyarakat di bidang seni tari, seni karawitan, dan musik.

2.  Dapat menumbuh kembangkan semangat kebersamaan antar warga masyarakat Desa Darmasaba.

3.  Dapat memberikan ruang kreativitas bagi para seniman, pemuda, dan pemudi di wilayah Desa Darmasaba.

4.  Menambah khasanah kesenian, khususnya seni tari di Bali.

 

  1. Ide Penciptaan Tari Sekar Pudak

Ide penciptaan tari Maskot Desa Darmasaba terinspirasi dari kisah historis mengenai keberadaan pohon pudak di Desa Darmasaba serta pengalaman empiris penulis, ketika melihat dan mencium aroma keharuman dari bunga pudak. Bunga pudak begitu sarat dengan filosofi kehidupan yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam menegakkan dharma. Di dalam menjalani kehidupan, manusia hendaknya dapat mencontoh keharuman dari bunga pudak, yang memberikan rasa tenteram dan rasa menyenangkan bagi siapa pun yang “menciumnya”. Manusia hidup di dunia ini, hendaknya juga berupaya untuk “menebarkan keharuman” dengan melakukan kegiatan atau perbuatan yang baik dan bermanfaat bagi sesama maupun lingkungannya. Dengan demikian, nantinya akan dapat meninggalkan nama baik, mengharumkan nama desa, bangsa dan negara. Harumnya nama baik tentu akan dapat dikenang sepanjang masa.

Pada masa lampau, para empu keris juga mengabadikan bunga pudak ke dalam bentuk atau ‘dapur’ keris yang dikenal dengan nama “Dapur Pudak Sategal”. Simbolisasi bunga pudak pada bagian dari keris merupakan jalan menuju pengalaman spiritual yang menumbuhkan kesadaran hubungan manusia dengan alam dan Tuhan. Adapun filosofi yang dapat dipetik dari bunga pudak, yaitu:

1.  Bentuk kelopak bunga pudak yang simetris, lurus, dan ujungnya meruncing seperti keris dapat dijadikan sebagai simbol keseimbangan hidup, keselarasan, kekuatan, ketenangan, dan ketajaman pikiran.

2.  Warna kelopak putih: melambangkan kesucian.

3.  Warna sari kuning: melambangkan kemuliaan.

Adanya pengalaman empiris dan berbagai pemaknaan atau nilai filosofi kehidupan yang terefleksikan dari bunga pudak, memberikan stimulasi sekaligus memantik ide kreatif penulis untuk menuangkannya kedalam bentuk-bentuk gerak tari yang ritmis, dinamis, dan mengandung pesan-pesan filosofis. Ide kreatif tersebut, ditransformasikan menjadi sebuah bentuk garapan tari maskot Desa Darmasaba dengan judul Sekar Pudak, untuk dipresentasikan serta dikomunikasikan kepada penonton. Judul “Sekar Pudak” mengandung arti yakni, bunga pudak adalah bunga yang memiliki aroma wangi yang semerbak, penuh dengan pesona keindahan dan pancaran kesucian. Aroma wanginya mampu menyebar ke seluruh penjuru, memberikan kedamaian hati dan ketenangan pikiran bagi setiap insan di Bumi. Dari makna judul ini juga dapat dipetik sebuah filosofi kehidupan, yaitu sebagai warga Desa Darmasaba kita harus selalu berusaha untuk dapat berkontribusi positif membangun desa, dengan cara giat belajar dan bekerja keras agar berprestasi, sehingga dapat mengharumkan nama Desa Darmasaba. Filosofi tersebut hendaknya juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan refleksi kehidupan bagi putra dan putri Desa Darmasaba.

 

  1. Konsep Perwujudan Tari Sekar Pudak

Garapan Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak diwujudkan ke dalam bentuk tari kreasi yang ditarikan secara berkelompok dengan jumlah lima orang penari perempuan (putri). Pemilihan penari perempuan dimaksudkan untuk mempresentasikan keindahan, keluwesan, dan keharuman dari bunga pudak. Sedangkan penetapan jumlah penari lima orang didasarkan atas pertimbangan kebutuhan koreografi agar dapat membentuk desain-desain komposisi lantai yang menarik dan dinamis, baik ketika ditarikan di area panggung yang luas atau pun area panggung yang kecil. Penyajian tari maskot ini dirancang dengan durasi waktu 9 menit.

No.

Struktur

Suasana

Durasi

1

Pepeson:

Sakral, agung

3,5 Menit

2

Pengawak:

Anggun, indah-luwes, kesucian

2,5 Menit

3

Pengecet-Pekaad:

Gembira, damai-sorgawi, Agung

3 Menit

 

Struktur Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, papeson, pengawak, pangecet-pekaad. Penggambaran dari masing-masing bagian struktur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pepeson : Menggambarkan kecemerlangan bunga pudak yang mulai tumbuh kembang penuh daya pesona dan kesegaran.

Gambar 3: Bagian Papeson Karya Tari Sekar Pudak (Foto: Azimuth Dewata, 2019)

Pengawak : Menggambarkan pancaran keindahan bunga pudak yang tumbuh mekar di ladang yang luas. Warna putih pada kelopaknya melambangkan kesucian dan warna kekuningan pada bunganya melambangkan kemuliaan.

Gambar 4: Bagian Pangawak Karya Tari Sekar Pudak (Foto: Azimuth Dewata, 2019)

Pengecet-Pekaad: Menggambarkan aroma keharuman nan lembut yang tiada henti dari bunga pudak, tersebar membumbung ke segala penjuru, serta memberikan rasa kedamaian hati dan ketenangan pikiran bagi setiap insan yang menghirup keharumannya.

Gambar 5: Pose Klimaks Pada Bagian Pangecet Karya Tari Sekar Pudak (Foto: Azimuth Dewata, 2019)

  1. Metode Penciptaan Tari Sekar Pudak

Penciptaan Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak melalui suatu proses yang panjang. Diciptakan oleh I Wayan Adi Gunarta, S.Sn., M.Sn. Proses tersebut tidaklah mudah, terkadang banyak tantangan dan kendala yang dialami, sehingga harus dicarikan solusi penyelesaian. Metode penciptaan Tari Sekar Pudak, berpijak pada prinsip penciptaan seniman Bali, yakni angripta sasolahan (menciptakan tari-tarian), yang di dalamnya meliputi lima tahapan penting, yaitu ngarencana, nuasen, makalin, nelesin, dan ngebah (Suteja, 2018: 93-122). Secara terperinci tahapan penciptaan tari Sekar Pudak dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Ngarencana, yakni tahapan persiapan atau perencanaan penciptaan Tari Sekar Pudak diawali dengan penjelajahan terhadap sumber garap dengan mencari dan mengamati secara langsung bentuk bunga pudak, menyusun konsep penciptaan karya, merancang kostum tari, mencari referensi tertulis maupun tidak tertulis, dan menentukan jadwal latihan.

2.    Nuasen, yakni tahapan ritual atau spiritual ini dilakukan untuk mengawali proses penciptaan. Nuasen dilaksanakan pada tanggal 19 November 2019 dengan melakukan persembahyangan bersama di Pura Puseh Desa Adat Tegal, Desa Darmasaba, untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar proses penciptaan hingga pementasan dapat berjalan lancar.

3.    Makalin, yakni tahapan pemilihan material yang dibutuhkan dalam penciptaan. Proses ini diawali dengan yakni memilih dan menentukan jumlah penari. Adapun jumlah penari yang ditetapkan dalam penciptaan ini, yakni 5 (lima) orang penari perempuan. Setelah itu material berikutnya yang dipilih adalah gerak. Pada tahap makalin, koreografer dan penari melakukan percobaan-percobaan improvisasi gerak untuk menuangkan ide-ide kreatif ke dalam bentuk gerak tari ataupun elemen pendukung lainnya. Gerak-gerak hasil improvisasi kemudian dipolakan dan secara bertahap dipadukan dengan musik iringan tarinya. Proses makalin ini dilakukan sebanyak 12 (dua belas) kali dalam rentang waktu 19 November 2019 s/d 2 Desember 2019, melalui latihan sektoral dengan para penari.

4.    Nelesin, yakni tahapan pembentukan untuk menyelaraskan dan menyempurnakan hasil karya tari. Nelesin dilakukan untuk memilih dan menyusun gerak-gerak tari yang telah dipolakan pada tahap makalin, menyeragamkan gerak dan ekspresi, menyesuaikan aspek ritme dan ruang gerak agar selaras serta dinamis dengan musik iringan tarinya, serta mengatur alur dramatik karya tari. Pada tahap ini garapan sudah terbentuk secara utuh dan juga dilakukan proses editing untuk menyempurnakan bentuk karya, baik dari segi gerak tari maupun elemen-elemen pendukung tari lainnya, sehingga nantinya dapat terwujud sebuah visual tari yang estetis. Proses nelesin ini dilakukan sebanyak 18 (delapan belas) kali latihan dalam rentang waktu 4 Desember 2019 s/d 21 Desember 2019, baik latihan penari secara sektoral, maupun latihan gabungan antara penari dengan penabuh.

5.    Ngebah, yakni pementasan perdana karya tari secara utuh. Pementasan perdana (launching) Tari Sekar Pudak dilaksanakan pada hari Minggu 22 Desember 2019, bertempat di depan kantor Perbekel Desa Darmasaba, pukul 20.00 Wita dan dihadiri poleh Wakil BUpati Badung I Ketut Suiasa, sekaligus mengukuhkan maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak.

  1. Sinopsis Tari Maskot Sekar Pudak

Berangkat dari kisah keharuman Desa Darmasaba yang dulunya alas pudak, desa mempersembahkan Tari Maskot Sekar Pudak. Tarian ini merepresentasikan keindahan sekuntum bunga pudak. Pancaran keindahannya merefleksikan filosofi kehidupan. Susunan kelopak bunga membentuk kuntum lancip adalah refleksi ketajaman fikiran. Warna putih kelopaknya merefleksikan kesucian, dan warna kuning pada sarinya refleksi kemuliaan. Keharumannya merangsuk sukma, menyebar, membumbung ke segala penjuru, memberikan kedamaian bagi setiap insan di bumi. Miyik ngalub ngulangunin hati, anggen ngerastiti ngemargiang dharma sujati.

 

  1. Musik Tari Maskot Sekar Pudak

Musik tari dari garapan Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak dirancang menggunakan seperangkan gambelan atau instrument Gong Kebyar. Pemilihan ini didasarkan atas nada dari barungan gong dan gerong yang diharapkan dapat mempresentasikan nuasa-kesan agung, ceria, dan meriah guna mendukung suasana dari tari maskot tersebut. Selain itu, pemilihan instrumen Gong Kebyar juga didasarkan atas potensi dari masing-masing banjar di Desa Darmasaba, yang sebagaian besar memiliki barungan Gong Kebyar. Dengan demikian diharapkan nantinya dapat memperlancar proses penciptaan, pelatihan, dan sosialisasi dari tari maskot ini di masyarakat, khususnya ke masing-masing banjar yang ada di wilayah Desa Darmasaba. Musik iringan Tari (tabuh) Sekar Pudak ditata oleh I Wayan Agun Adi Putra. Adapun naskah gerong sebagai berikut:

~Bagian pertama

Tumbuhe kadi katuduh

Mijil ring pertiwi tan keneng kerta masa

Akara...

Sekar pudak ngarembun

Sunarin sang surya warnanya katon bungah

Maha suci gading petak abra murub

 

Transisi pengawak

Sarana ngastawa dewa dewi

 

~Bagian Pengawak

Abra tur mawibawa

Miik angalup ngebekin jagat

Luir suganda amrik sumar

 

Dewata hyang hyang ning hyang amuji

Kotamaning sari pamungkah nirwani

 

Angider bhuwana pratiaksa amabur

Swaraning sad pada agirang anganyih

 

Vocal penabuh

Patemoning dharma sabaning anggrip tetaksu

Asah asih asuh anut laku

Vokal gerong

Paras paros agem sinami adung

 Vocal bersama

 Dharma Agama

 

~Bagian pengecet

Sumilir angin ngesirsir ngampehang ye

i sekar

Pudak cinage cendana gading petak

Miik tan ketandingin

Saksaka keris pusaka

Luih tur mautama

 

Ending

Mogi jagate sami

Sida Shanti

  1. Kostum Tari Maskot Sekar Pudak

Untuk memperkuat penampilan Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak dalam pementasan, maka kostum tarinya dirancang dengan desain yang terinspirasi dari bentuk bunga pudak dan tetap memiliki nuansa Bali. Penggunaan kostum tari tersebut, diharapkan dapat mempresentasikan garap bentuk dan garap isi (wujud) dari tari maskot ini, agar menjadi satu kesatuan, serta memberikan kesan visual yang artistik. Secara umum kostum tari yang digunakan adalah kostum tari putri dengan karakter putri halus dan agung. Beberapa bagian dari kostum dirancang agar dapat menjadi ciri khas, yaitu untuk hiasan kepala menggunakan jenis gelungan pepudakan. Pada bagian dada dihiasi dengan lamak, serta menggunakan ampok-ampok dan oncer untuk hiasan pinggang, yang bentuknya menyerupai bunga pudak. Dengan demikian, antara ide, gerak, dan visual tarinya dapat memiliki keselaran. Kostum Tari Sekar Pudak didesain oleh Anak Agung Gede Agung Rahma Putra.

 

  1. Simpulan

Penciptaan Tari Maskot Desa Darmasaba Sekar Pudak merupakan salah satu bentuk realisasi dari program kegiatan Pemerintah Desa Darmasaba di bidang seni dan budaya. Dengan terciptanya Tari Sekar Pudak Sebagai Maskot Desa Darmasaba, tentunya dapat memberikan sumbangan terhadap khasanah seni tari di Bali. Melalui kegiatan ini, penulis juga dapat turut serta berkontribusi di masyarakat untuk membina para generasi muda (pemuda dan pemudi) di Desa Darmasaba, khusunya yang memiliki minat dan bakat di bidang Seni Tari sekaligus mengembangkan potensinya. Kegiatan ini juga mememberi ruang kreatif bagi para seniman yang ada di Desa Darmasaba serta dapat menjadi wadah dalam melestarikan seni budaya di Bali. Adanya aktivitas berkesenian semacam ini, sudah barang tentu dapat memotivasi seniman dan generasi muda untuk selalu berkreasi, berinovasi, serta menampilkan hasil ciptaan/kreasi seni terbaiknya. Selain itu secara tidak langsung juga dapat menjadi ajang silaturahmi untuk menjalin kerjasama antar warga masyarakat serta mempererat rasa kebersamaan dan persatuan. Dengan demikian kegiatan penciptaan ini dapat berkontribusi positif dalam pengembangan seni di masyarakat dan dapat meningkatkan kesadaran apreasiasi masyarakat terhadap keberadaan seni.

 

  1. Lirik Paduan Suara Maskot Sekar Pudak

Ciptaan :

Ida Bagus Surya Prabhawa Manuaba

 

G = DO

SONG :

     WENTEN KEMBANG SANE LUWIH TUR MIIK

     KUNING PETAK WARNANNYANE MADON GADANG

     SEKADI KERIS LANDEP MAWIBAWA

     LAKSANA PUSAKA  SANE MAUTAMA

 

     MIIKE MENGALUB STATE NGEBEKIN JAGAD

     NGELANGENIN  MANAH  MENGANYUDANG HATI

     TEGUH RING PIKAYUN SATYA MAWECANA

     MAWIGUNA LANTANG TUWUH  SAURIPE

 

CHORUS :

     SEKAR PUDAK WASTANYANE SUJATI

     PINAKA SESULUH HIDUP RING JAGATE

     ANGGEN NGRASTITIANG GUMI TRI HITA KARANA

     SAHA NEMUANG DHARMA SABHANING DHARMA

 

SONG II :

     MIIKE MENGALUB STATA  NGEBEKIN JAGAD

     ANGGEN TITI PENGANCAN MARGIANG SWADHARMA

     SIDA ANUT ADUNG PARAS PAROS MENYAMA

     ASAH ASIH ASUH MENYAMA BERAYA

 

  1. Adapun makna logo maskot Sekar Pudak yaitu:
  1. Gambar Dewi

       Pudak ialah simbol pancaran keindahan, kesucian dan keharuman. Sesuatu yang indah, harum dan suci identik digambarkan dengan bentuk-bentuk yang cantic yang disukai oleh semua insan.

  1. Gambar kelopak bunga Pudak yang berjumlah 12

       Simbol dari 12 banjar yang ada di Desa Darmasaba. Selain itu, kelopak bunga pudakn yang berjumlah 12 ini juga dapat dimaknai sebagai Padma pada jantung yang lapisan kelopaknya juga berjumlah 12 dan membentuk cakra. Jantung menjadi denyut kehidupan manusia. Melalui maskot ini diharapkan nantinya bisa memberi energi positif dalam setiap denyut kehidupan masyarakat Desa Darmasaba.

  1. Gambar padma

       Gambar padma atau asta dala pada logo maskot bermakna sebagai refleksi keharuman bunga pudak yang menyebar membumbung ke dseluruh penjuru dunia. Gambar Padma tersebut juga dimaknai sebagai penggambaran keharuman nama Desa Darmasba. Semoga lewat prestasinya keharuman nama Desa Darmasaba dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas. Seperti halnya keharuman bunga pudak yang menyebar ke segala penjuru.

Demikian sedikit tentang maskot Desa Darmasaba yaitu "Sekar Pudak"

 

dikutip dari : RPJMDes 2021 - 2027 (posted by : admin)